Bismillahir-Rahmaanir-Rahim ...
Seluruh anggota keluarga telah berada
di depan meja makan untuk menunggu datangnya waktu maghrib, untuk
berbuka puasa. Sekalipun makanan yang terhidang sangat sederhana, sesuai
dengan kemiskinan mereka, tetapi mereka sangat mensyukurinya.
Sementara sang ayah, pikirannya sedang kacau karena memikirkan sikap orang yang menghutanginya uang. Orang tersebut bersifat sombong dan selalu mengancam jika hari ini tidak bisa melunasi hutangnya.
Dari mana keluarga miskin ini akan dapat mengembalikan hutangnya,
sedangkan dia juga tidak bisa memberi makan anak-anaknya? Bagaimana
nanti dia akan menemui orang yang sombong tapi bodoh itu?
Tiba-tiba, ketika dia sedang bingung, terdengar pintu rumahnya diketuk
sangat keras, seolah-olah rumah akan roboh, diiringi gertakan yang
mengagetkan.
Kemudian, laki-laki miskin itu membukakan pintu
dengan tangan gemetar. Ternyata yang mengetuk pintu ialah pria yang
sombong, dengan tatapan mata yang penuh kemarahan.
Tanpa
berbicara sepatah kata pun, lelaki sombong itu langsung menampar dan
menendang serta mencaci maki lelaki miskin di hadapan anak-anaknya.
Anak-anaknya menangis dan berteriak minta tolong, demikian juga dengan
ibunya sehingga para tetangga berdatangan.
Setelah
bermusyawarah–sementara lelaki miskin itu pingsan–orang sombong tersebut
menyanggupi akan meninggalkan rumah si miskin. Ketika itulah azan
maghrib bergema.
Bersamaan dengan azan, lelaki miskin itu
siuman, lalu menatap lelaki sombong sambil menengadahkan tangan ke
langit. Dengan suara terbata-bata dan linangan air mata dia berdoa,
“Semoga Allah membalas kejahatanmu, semoga Allah membalas kejahatanmu. “
Berselang sepuluh hari dari kejadian yang memilukan ini, orang sombong
itu merasa sakit di bagian betisnya. Dia sudah berkali-kali
memeriksakannya ke dokter. Akan tetapi, tidak juga membuahkan hasil.
Lalu pindah ke dokter yang lain, di pusat kota.
Di rumah sakit
inilah kemudian dia dirawat. Ketika masuk ke rumah sakit, dia memiliki
dua buah betis utuh, setelah keluar betisnya tinggal satu.
Ternyata dia terkena penyakit kanker pada bagian kakinya. Tidak lama
berselang, kakinya yang lain terserang kanker juga. Kini dia
meninggalkan rumah sakit tanpa memiliki kaki, tidak bisa berjalan dan
harus dibantu orang lain.
Orang sombong tersebut terkena doanya
orang miskin yang dizaliminya. Beginilah akhir kehidupan orang yang
zalim. Sesungguhnya Allah hanya menunda siksa-Nya, Dia tidak pernah
lalai mengawasi perbuatan hamba-Nya. [Mawaqif Dzatu 'Ibar, Dr.Umar
al-Asqar]
Wallahu a'lam bishshawab, ..
... Semoga tulisan ini dapat membuka pintu hati kita yang telah lama terkunci ...