Bismillahir-Rahmaanir-Rahim ...
Pagi itu Yudi, -bukan nama asli- sedang
menyantap sarapan pagi bersama istri dan dua orang anaknya. Waktu saat
itu menunjukkan pukul 05.20 WIB. Mereka bergegas menyantap sarapan.
Itulah kebiasaan Yudi sekeluarga setiap hari. Mereka harus meninggalkan
rumah setengah enam pagi kalau tidak ingin terlambat dalam aktivitas
keseharian.
Namun dalam ketergesaan di pagi buta itu, terdengar
suara pintu di ketuk oleh seseorang. Istri Yudi segera berhambur ke
arah pintu depan. Di sana rupanya ada seorang ibu tetangga rumah beserta
anaknya yang datang dengan sebuah bungkusan.
"Ada apa, ibu?" tanya istri Yudi. "Boleh saya bertemu dengan pak Yudi?" tanya sang tamu.
Perempuan itu dipersilakan masuk. Ia menunggu di ruang tamu, sementara Yudi menyelesaikan sarapan.
Usai itu, Yudi datang menyapa. Ia menanyakan ada apa gerangan. Di sisinya sang istri turut mendengarkan.
Ibu sang tamu kemudian berkata lirih, "Pak Yudi, tolong beli handuk ini…!"
Yudi dan istri saling bertatapan heran. Setahu mereka sang tetangga ini
tidak pernah berjualan. "Sejak kapan sang ibu ini berjualan handuk?"
batin mereka berdua.
Namun mereka berdua merasa aneh, saat
mereka membuka bingkisan yang disodorkan tiada lain adalah sebuah handuk
bukan baru melainkan usang terpakai.
Yudi dan istri terheran.
Mereka tidak mengerti apa maksud sang ibu menawarkan handuk usang.
Setelah beberapa saat, Yudi pun mendapatkan sebuah pertanyaan untuk
dilontarkan. "Kenapa ibu mau jual handuk ini? Tanya Yudi.
"Suami saya sudah beberapa hari gak pulang, Pak! Saya gak tahu apakah
dia kabur karena kawin lagi atau sudah meninggal di jalan. Biasanya
kalau lagi bawa truk ke Jawa, 1 minggu paling lama dia sudah pulang.
Sampai sekarang sudah dua minggu lebih gak ada kabar. Gak ada telpon,
sms atau apapun.
Padahal di rumah saya gak punya uang dan
makanan. Sudah 2 hari saya bilang ke anak-anak untuk sabar menahan
lapar. Tapi tadi malam saya sudah gak kuat mendengar jerit anak-anak
saya kelaparan.
Tolong beli handuk ini, Pak…! Saya gak mau
mengemis, saya juga gak berani ngutang. Tolong ya pak…!" ibu tadi
menutup kalimatnya dengan nada memelas.
Yudi dan istri merasa
lemas mendengarnya. Keduanya menghela nafas panjang. Bergegas Yudi dan
istri masuk ke dalam kamar. Mereka tidak kuat mendengar keluhan
tetangga. Namun, celakanya uang yang mereka punya hanya Rp 200 ribu
saja. "Berapa yang pantas untuk diberikan?" gumam mereka berdua.
Akhirnya Yudi memutuskan untuk memberi uang sejumlah Rp 150 ribu.
Padahal sebelumnya sang istri mengingatkan bahwa tanggal gajian masih
seminggu lagi. Dari mana uang untuk makan dalam beberapa hari tersebut?
Yudi menjawab singkat, "Allah pasti menolong kita!"
Yudi
memberikan sejumlah uang di atas kepada tetangganya. Setelah ibu itu
berpamitan, Yudi dan seluruh anggota keluarga pergi meninggalkan rumah.
Rute yang dilalui adalah; mengantarkan anak-anak ke sekolah, lalu ke
tempat kerja istri dan terakhir menuju kantor.
Yudi dan istri
menikmati perjalanan rutin di pagi itu. Namun ada satu rasa di dalam
hati mereka yang tengah bersemi. KEBAHAGIAAN & KEDAMAIAN, itu yang
mereka rasakan.
Energi kebaikan itu dirasakan oleh Yudi
sepanjang hari. Senyum terus terkembang di wajahnya. Semua orang yang ia
jumpai selalu menyapanya. Alangkah berkah hari itu Yudi rasakan.
Pukul 16.00 WIB hari itu usai shalat Ashar, Direktur SDM di kantornya
memanggil Yudi datang ke ruangan. Tak terlintas di benak Yudi, ada apa
gerangan?
Yudi mengetuk pintu dan meminta izin untuk masuk.
Setelah duduk di sebuah kursi di ruang itu, Yudi bertanya ada apa
gerangan ia dipanggil.
Wajah sang direktur terlihat ceria.
Beberapa kali senyuman terulas di wajahnya. Yudi bergumam, ini mungkin
menjadi satu lagi penambah keberkahan hari Yudi.
Setelah
berbincang beberapa lama, sang direktur memberitahukan bahwa tahun ini
seperti masa-masa sebelumnya perusahaan memberangkatkan 1 orang dari
pegawai untuk berangkat ibadah haji. Direktur SDM itu memberitahukan
bahwa pegawai yang beruntung tahun itu adalah YUDI!!!
Allahu
Akbar…., ! tubuh Yudi berguncang hebat. Tak mampu menahan gemuruh dalam
ruang batinnya. Ia pun bersyukur kepada Allah dan tersungkur sujud. Ia
tidak hanya menjabat tangan sang direktur, saking girangnya ia memeluk
tubuh sang direktur dan ia ucapkan terima kasih berulang kali.
Ia kembali ke rumah dengan hati berbunga. Rasanya kali itu adalah
perjalanan pulang ke rumah yang paling indah yang pernah ia alami.
Sambil memegang kemudi mobil, berkali-kali bulir air mata menetes di
pipi Yudi. "Alangkah murahnya Allah!" hatinya memuji.
Yudi pun
tiba di rumah. Setelah mobil diparkir, ia pun lari berhambur mencari
istrinya. Istrinya terheran-heran melihat gelagat suaminya, kemudia ia
pun menanyakan Yudi apa yang terjadi?
Yudi lalu menceritakan kabar gembira bahwa dirinya akan berangkat haji tahun ini.
Setelah keduanya merasakan kegembiraan itu, keduanya pun mengerti bahwa
Allah Swt memberikan anugerah yang amat berharga itu setelah Yudi dan
istri memberikan bantuan kepada seorang ibu tetangga tadi pagi!
... Semoga tulisan ini dapat membuka pintu hati kita yang telah lama terkunci